Ada banyak kisah dari para Nabi dan Rasul, sahabat, hingga para ulama yang bisa kita petik hikmahnya. Salah satu tokoh tasawuf ternama yaitu Al imam Al Ghazali mempunyai kisah tentang pertanyaan beliau kepada cerita tentang pertanyaan Imam Al-Ghozali kepada muridnya. Tepatnya enam pertanyaan imam Al Ghazali kepada para muridnya tentunya memiliki nilai kandungan yang bagus untuk diambil hikmahnya. Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya. Pertanyaan pertama Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" Ali Imran 185 Perihal mati tidak ada satu orang yang tahu dengan pasti karena kematian adalah ketentuan dari Allah subhanahu wa ta'ala. Umur hanyalah bilangan angka dari tiap tahun yang telah kita lalui. Tua dan muda hanyalah fase dalam kehidupan. Tapi perihal mati merupakan sesuatu yang akan dialami oleh setiap orang. Entah kapan terjadinya maut menjemput. Di mana tempat ajal menjemput. Tidak ada satu orang pun yang tahu hanya Allah subhanahu wa ta'ala yang mempunyai kekuasaan dan kehendak. Inilah yang hendak disampaikan oleh Al-Ghazali kepada kedua Pertanyaan imam Ghazali berikutnya adalah "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Ini tepat dengan sebuah hadits yang menganjurkan bahwa kehidupan kita hari ini harus jauh lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika di fikir lebih dalam, maka yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang untuk kedua kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak bisa merevisinya lagi. Paling banter kita hanya bisa bertobat dan berharap pengampunan. Sebagian pepatah bilang waktu adalah sesuatu yang paling berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang sudah berlalu tak mungkin hadir kembali. Mati dan waktu adalah dua rahasia yang ada di genggaman-Nya. Kita sebagai hamba hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah swt memberikan anugrah kepada kita agar mampu memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi yang ketiga Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai". QS. 7179 Al A'Raf 179. Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu... pengendalian nafsu adalah kunci dalam hidup ini. Itulah pesan tersembunyi dari al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal paling besar, hal yang paling menentukan....Pertanyaan ke empat Kemudian al-Ghazali meneruskan pada Pertanyaan "Apa yang paling berat di dunia ini?". Murid-murid Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh", QS. 3372 Al Ahzab 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya. Pertanyaan yang ke lima Pertanyaan Imam al-Ghazali yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"... Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara kesibukan kita meninggalkan sholat. Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia. Dan sholat adalah kewajiban terpenting di dunia ini. Namun anehnya, meski demikian sholat adalah hal termudah yang sering dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali yang ke enam Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"... Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Ingatlah sebuah hadits yang menerangkan المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan tidak bertulang tidak juga tidak keras. Kakak lidah sangat tajam karena dengan ucapan bisa mempengaruhi orang lain. Dengan lidah bisa mempengaruhi mental orang lain. dengan lidah pun bisa memfitnah mengadu domba dan lain wajar jika dikatakan bahwa diam adalah selamat. Berbicara yang baik atau lebih baik diam merupakan suatu keharusan yang harus diamalkan dalam kehidupan.
Sepertibiasa pada Jumat pertama setiap bulan SMPN 1 Wonosari menggelar kegiatan jumat taqwa. Jumat taqwa bulan September 2018 ini di adakan di Masjid As Salam dan pemateri kali ini adalah Bpk Budi Aditya Wardana, S.Ag. Pada kesempatan kali ini Bapak Budi menyampaikan materi tentang 6 pertanyaan imam Al Ghazali kepada murid-muridnya.
Menjelaskan tentang argumentasi Imam al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dan premis-premisnya Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Imam Al-Ghazali dan Argumentasi Kosmologi tentang Tuhan Jumal Ahmad1 1. Mahasiswa Pemikiran Al-Ghazali dan Syed Al-Attas, At-Taqwa College, Depok E-mail ahmadbinhanbal Sejarah pemikiran merupakan hikmah. Layak diketengahkan kepada generasi masa kini agar bisa memahami peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan perubahannya sepanjang zaman. Secara garis besar, wacana filsafat menelaah tentang hakikat Tuhan yang dibuktikan melalui argumentasi, salah satu argumentasi tersebut adalah argumentasi kosmologi. Kosmologi adalah teori tentang asal usul alam semesta. Dalam Islam, teori ini merupakan salah satu pembahasan penting yang memiliki konsekuensi teologis dan berimplikasi tauhid. Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau membuktikaan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang dianggap benar mengenai alam semesta. Situasi masa Imam Al-Ghazali barangkali ada kesamaan dengan situasi masa modern Barat saat ini. Sifat materialistik dan ateis adalah ciri khusus masa modern. Lebih percaya pada atom daripada ayat-ayat Injil. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalal membagi kaum filosof ke dalam tiga golongan Pertama adalah Al-Dahriyyun kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-orang zindiq. Kedua adalah Al-Thabiyyun yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setelah mereka menemukan keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan, mereka malah ingkar adanya hari kebangkitan, padang mahsyar, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazali juga termasuk orang-orang zindiq. Ketga adalah Ilahiyyun golongan pada filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, menurut Al-Ghazali mereka wajib dikafirkan, termasuk para filosof muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi. Imam Al-Ghazali bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap para filosof yang ateis dan materialis, berusaha membunag jauh Allah SWT dalam pembahasan ilmiah. Di bukunya, Tahafut Falasifah’, Al-Ghazali menyebut tiga poin doktrin filusuf dalam bukunya yang berimplikasi kufur. a Pengingkaran terhadap kebangkitan jasad pada hari kiamat. b Tuhan tidak mengetahui perkara-perkara detil. c Keyakinan mereka bahwa alam ini kekal, tanpa awal atau akhir. Al-Ghazali mematahkan pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula. Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen itu dan menawarkan alasan logis untuk menjungkirbalikkan argumen infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki awal. Argumen Al-Ghazali tentang Adanya Tuhan Sebagian orang ketika ditanya apa bukti adanya Tuhan, akan menjawab adanya kita dan adanya alam semesta menunjukkan adanya Tuhan. Bagaimana membuktikan adanya Tuhan secara rasional? Apa bukti Tuhan itu ada? Al-Ghazali menjawab pertanyaan keesan Tuhan dalam kitabnya Al-Iqtishad fil I'tiqad’ Imam Al-Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut. Keesaan dan kesucian Allah SWT Pemuktiannya Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya, alam semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya. Yang kami maksud dengan 'Alam' adalah setiap wujud selain Tuhan yang paling tinggi. Dan 'setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi', yang kami maksud adalah semua benda dan sifat-sifatnya. Penjelasan rincinya sebagai berikut Sesuatu itu ada tidak mungkin diragukan. Setiap wujud bisa menempati ruang atau tidak menempati ruang. Sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki kombinasi kita sebut zat tunggal atom, jika memiliki kombinasi kita sebut jism Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada. Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori. Sesuatu yang ada pasti menempati ruang mutahayyiz atau tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz. Sesuatu yang menempati ruang mutahayyiz bisa dibagi mutahayyiz wa i'tilaf atau tidak bisa dibagi mutahayyiz wa ghairu i'tilaf. Sesuatu yang tidak menempati ruang ghairu mutahayyiz bisa dengan tubuh ghairu mutahayyiz bil jism atau tanpa tubuh ghairu mutahayyiz bidunil jism. Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya. Tuhan bukan zat, substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi. Adanya Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai produk kekuasaan-Nya. Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk temporal memiliki sebab. Al-Iqtishad fil I'tiqad halaman 24’ Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam bentuk silogisme dengan tiga premis 1. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya 2. Premis 2 Alam semesta ada awalnya 3. Kesimpulan Maka semesta ada penyebabnya. Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar. Premis 1 Segala sesuatu yang memiliki awal, ada penyebabnya Hukum sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi. Kita juga tidak ada 100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah akibat dari orangtua. Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen tersebut dan tidak pernah salah. Premis 2 Alam semesta ada awalnya Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula kemunculan alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan model standar Big Bang. Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan materi semuanya mulai ada sejak 13,7 Miliyar tahun yang lalu. Model ini banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara aktual sebagai model permulaan alam semesta. Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan K secara logis bahwa alam semesta ada penyebabnya. Menggunakan konsep analisis terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat Tuhan dari konsep moteistik yaitu • Tunggal Esa. Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat eksis yang mana penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab uncaused yaitu Tuhan. • Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa saat momen 'Big Bang'. • Spaceless tak berjarak. Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai ada saat momen 'Big Bang'. • Dan Immaterial tak terikat materi. karena tanpa waktu dan ruang, kita tidak bisa memiliki benda. Dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. Tuhan haruslah azali tidak berawal dan berakhir. Revitalisasi Argumen Kosmologis dari William Lane Craig Argumen Kosmologis Kalam dari Al-Ghazali direvitalisasi pada abad 21 ini oleh teolog Kristen bernama William Lane Craig, yang membuat Argumen kosmoligis kalam menjadi sounding lagi. Craig menyetujui bahwa alam semesta memiliki permulaan dengan mengutip bukti silogisme dari Imam Al-Ghazali, bahwa ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mustahil. Anda lihat, jika ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mungkin, dan jumlah hal-hal nyata yang tidak terbatas ada, maka orang dapat berargumen bahwa hal-hal itu memiliki sebab dan akibat yang tidak terbatas. Argumen Imam Al-Ghazali sebagai berikut 1. Apapun yang mulai ada memiliki penyebab. 2. Alam semesta mulai ada. 3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab. Craig menambahkan kesimpulan lebih lanjut berdsarkan analisis tentang apa yang menyebabkan alam semesta, sebagai berikut 4. Alam semesta memiliki penyebab. 5. Jika alam semesta memiliki sebab, maka Pencipta alam semesta yang tidak memiliki sebab dan pribadi ada, yang tanpa alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak bermateri, tanpa batas waktu, tanpa ruang dan sangat kuat. 6. Oleh karena itu, ada Pencipta pribadi yang tidak ada penyebabnya dari alam semesta, yang tanpa sebab alam semesta tidak berawal, tidak berubah, tidak berwujud, tanpa batas waktu, tidak memiliki ruang dan berkuasa tanpa batas. Kosmologi adalah Keindahan, Bukti Keberadaan Tuhan Logika, astronomi, dan fisika menegaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sebelum kejadian dentuman besar atau yang dikenal sebagai Big Bang, sama sekali tidak ada apa-apa. Tidak ada energi, waktu dan ruang. Lalu muncul alam ada materi yang bisa mewujudkannya karena materi belum ada. Hanya sesuatu yang non-materi dan tidak bergantung pada waktu, ruang, materi, sebab & akibat, yang membuat semua ini ada. Kekuatan eksternal yang membuatnya ada harus bersifat pribadi. Dengan kata lain, ia harus hidup, sadar diri, dan “memilih” untuk membuat alam semesta sebagaimana adanya, dengan hukum alam yang tepat. Sesuatu yang non-materi yang tidak pribadi itulah yang kita sebut sebagai ide abstrak. Ide-ide abstrak tidak memiliki kemauan atau kekuatan. Mereka bahkan tidak memiliki kehidupan, jadi mereka tidak dapat menciptakan kehidupan. Inilah yang kita sebut kosmologi, yaitu menarik kesimpulan logis tentang keberadaan kita berdasarkan pengamatan. Kosmologi mengajak kita untuk merenungkan keberadaan Pencipta dan atributnya pengetahuan, kekuatan dan keinginan. Kosmologi adalah keindahan dan bukti keberadaan Tuhan. Namun, manusia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Ada pertanyaan spiritual dan etis yang tidak dapat disediakan oleh kosmologi saja. Ini sebabnya mengapa wahyu diperlukan. Mempercayai keberadaan yang ghaib al-ghaib dapat juga dilakukan dengan melihat alam sekitar kita, melihat bagaimana bunga kamboja membuka kelopaknya di pagi hari dan menutup lagi di malam hari. Bahkan, sebagai seorang anak yang dilahirkan, kita dapat menyimpulkan pasti ada mekanisme atau hokum yang tidak terlihat yang menyebabkan kita ada, meskipun kita bisa kita lihat. Bagi saya, adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt dan gagasan bahwa mereka mengilhami. Sebuah tanda’ desain cerdas, tentu saja, tetapi lebih halus sebuah tanda’ bahwa empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sifat hal-hal sebagaimana adanya. Al-Ghazali menjelaskan bahwa kita dapat melihat tanda-tanda kehadiran rahmat dan kasih sayang Allah SWT dari alam sekitar, salah satunya lewat lebah madu. bentuk segi enam atau hexagonal untuk sarang lebah madu merupakan buktu kehadiran rahmat Allah. Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangat menajubkan. Lebah melakukan banyak pekerjaan dengan baik melalui pengorganisasian yang luar biasa. Rancangan segi enam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang yakni lilin. Walaupun populasi yang padat, lebar dapat melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi. Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 cetakan Darul Hadits pada bagian ’ ketakjubannya pada kemampuan lebah madu membuat rumah yang berbentuk segi enam. Lebah madu membangun sarangnya atas petunjuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya. Qs. An-Nahl 68-69. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu.” “Dari perut lebah itu ke luar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan” Inilah salah satu contoh bagaimana alam semesta dipelajari sebagai bukti adanya sang Pencipta. Al-Ghazali berangkat dari pengamatan empiris terhadap alam, namun fakta empiris yang didapatkan kemudian ditempatkan dalam kerangka cara pandang Islam. Mengaitkan fakta keistimewaan bentuk hexagonal sarang lebah madu dan penciptaan nyamuk dengan sifat Allah SWT sebagai zat yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Al-Ghazali menyebutkan di halaman lain dalam di kitab Ihya’. Orang yang memiliki bashirah akan meneliti setiap detail ciptaan Allah, sampai dia melihat seekor nyamuk sebagai contoh mempesona dari keajaiban ciptaan-Nya dan menakjubkan akal pikiran, selanjutnya meningkatkan keagungan dan kesempurnaan Tuhan pada dirinya dan menambah rasa cinta kepada-Nya. Maka setiap kali bertambah ketakjuban pada ciptaan Allah, bertambah pula rasa keagungan Allah dalam dirinya. Maka, kosmologi dan alam semesta sekitar adalah contoh sempurna dari tanda’ ayāt keberadaan Tuhan. Sebuah tanda’ desain cerdas, yang empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sebagaimana adanya. Rujukan Arif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Kelas Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali, Ust. Syamsuddin Arif, At-Taqwa College William Lane Craig, Does God Exist? Al Ghazali's Argument, CBN, , diakses 15 Juli 2021 Doko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Reichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Erasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Islam antara Tradisi dan KontroversiSyamsuddin ArifArif, Syamsuddin. 2014. Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. 10. 1. Cosmological Argument and The Modern ScienceEnis DokoDoko, Enis. 2018. Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. 16. 1-13. Concepts of God in Islamic Kalam Theology by DrBruce ReichenbachReichenbach, Bruce, "Cosmological Argument", The Stanford Encyclopedia of Philosophy Spring 2021 Edition, Edward N. Zalta ed., URL = . Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani Kalām Cosmological Argument A ReassessmentJacobus ErasmusErasmus, Jacobus 2018. _The Kalām Cosmological Argument A Reassessment_. Cham Springer.
SUATU hari, Imam Ghazali bertanya, pertama. “Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawapan itu benar. “Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah mati”. Sebab itu sudah janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, Al-Imran185.” Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab negara, bulan, matahari, dan bintang-bintang. BACA JUGA Imam Al Ghazali Dunia dan Akhirat Tak Perlu Seimbang Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. “Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak mampu kembali ke masa sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.” Foto Smithsonian Magazine Lalu Imam Al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga, ”Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab, “Gunung, bumi, dan matahari.” “Semua jawapan itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah nafsu’.Al-A’raf 179.Maka kita harus menjaga hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.” Pertanyaan keempat adalah, ”Apakah yang paling berat di dunia ini?” Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. “Semua jawapan tersebut hampir benar,” kata Imam Ghazali, “tapi yang paling berat adalah memegang AMANAH, Al-Ahzab. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu memikul tanggungjawab setelah Allah meminta mereka untuk menjadi khalifah di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak mampu memegang amanahnya.” Pertanyaan yang kelima ditanya oleh Imam Al-Ghazali adalah,”Apa yang paling ringan di dunia ini?” BACA JUGA Ini 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Ghazali Foto hanya ilustrasi dari Pinterest Ada yang menjawab, “Kapas, angin, debu, dan daun-daunan.” “Semua itu benar,” kata Imam Ghazali. “Tetapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat.” Kemudian pertanyaan yang keenam dan terakhir ditanya oleh Al- Ghazali adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “Pedang…” “Benar,” kata Imam Al-Ghazali. “Tetapi yang paling tajam adalah lidah manusia”. Karena melalui lidah manusia ia bisa menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain.” [Sumber blogdemellizos]
6Pesan Imam Ghazali: 6 Pertanyaan dan 6 Jawaban. IMAM al Ghazali adalah salah satu ulama salaf (dulu) yang berjasa bagi perkembangan umat silam, salah satunya dalam bidang pendidikan. Namun, tak hanya pendidikan dan fiqih, al Ghazali juga dinilai sebagai ulama bijak yang senantiasa memberikan nasehat dan pesan-pesan yang menggugah hidup manusia.
Oleh Hasan Basri Tanjung Imam al-Gazali wafat 1111 M adalah ulama terkemuka dan termasyhur dalam dunia Islam memberi petuah lewat pertanyaan. Ia sangat mumpuni dalam bidang syariah fikih, kalam, filsafat, dan tasawuf. Karya-karyanya begitu banyak dijadikan rujukan dan memberi inspirasi bagi generasi berikutnya. Imam al-Ghazali bertanya kepada murid-muridnya akan enam hal biasa, tapi kemudian dijawab dengan luar biasa sebagai sebuah petuah. Pertama, "Apakah yang paling dekat dengan diri kita?" Murid-muridnya menjawab "Orang tua, guru, teman dan kerabat." Sang Imam menghargai jawaban itu meski tidak sesuai harapan. Lalu beliau berkata "Yang paling dekat adalah kematian." Sebab, setiap yang bernyawa pasti mati QS [3]185, [29] 57, [21] 35, tanpa diduga QS [21] 34, sudah pasti dan tak bisa dipercepat atau diperlambat QS [10] 49, [63] 11, dan tak bisa dihindari QS [4] 78, [62] 8. Kedua, "Apakah yang paling jauh dari diri kita?" Murid-muridnya menjawab "Negeri Cina, Bulan, Matahari, dan Bintang." Sang Imam berkata "Yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu." Waktu tak pernah berhenti hingga akhir masa kiamat. Jika berlalu, tak pernah kembali. Semenit yang berlalu, lebih jauh dari seribu tahun yang akan datang. Dalam Alquran sedikitnya ada 224 kali dijelaskan tentang waktu, termasuk Allah bersumpah atasnya. Ketiga, "Apakah yang paling besar di dunia ini?" Ada yang menjawab dengan gunung, Matahari, Bumi, dan lainnya. Al-Ghazali menjawab "Yang paling besar adalah hawa nafsu." Manusia bisa bertindak seperti binatang atau bahkan lebih hina karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. QS [7] 179. Kita lihat, pejabat negara, politikus, birokrat, orang tua, guru dan siapa saja tertunduk malu karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, baik syahwat, kekuasaan, maupun harta benda korupsi. Keempat, "Apakah yang paling berat di muka bumi ini?" Muridnya menjawab "Baja, gulungan besi, gajah, dan lain-lain. Beliau melanjutkan "Yang paling berat adalah amanah." Manusia diutus ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah QS [2] 30 dan diberi amanah memakmurkan alam semesta QS [11]61. Kelima, "Apakah yang paling ringan di dunia ini?" Ada yang menjawab, yang paling ringan adalah kapas, angin, debu dan dedaunan kering. Al-Ghazali menjawab "Yang paling ringan adalah meninggalkan shalat." Shalat adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya berarti menegakkan agama dan siapa meninggalkan sama dengan ia meruntuhkan agama. HR Tabrani. Ringan dan mudah meninggalkannya, tapi tidak semudah menjalankannya. Keenam, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?" Dijawab oleh murid-muridnya dengan pedang. Al-Ghazai berkata "Yang paling tajam adalah lidah." Pepatah Arab menyebutkan, "Kalau pisau melukai badan, masih ada harapan sembuh. Tapi, jika lidah melukai hati, ke mana obat akan dicari." Pepatah lain mengatakan "Seorang bisa mati karena terpeleset lidahnya, tapi tidak akan mati karena terpeleset kakinya." Khuluqul Muslim, al-Ghazali, hlm 163. Wallahu a'lam bish-shawab. sumber Republika
Kemudianpertanyaan yang keenam dan terakhir ditanya oleh Al- Ghazali adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "Pedang" "Benar," kata Imam Al-Ghazali. "Tetapi yang paling tajam adalah lidah manusia". Karena melalui lidah manusia ia bisa menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain." []
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال الله تعالى فى القرأن العظيم كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ الله العلي العظيم Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah Pada kesempatan khutbah kali ini, pertama-tama saya mengajak pribadi saya sendiri dan kaum muslimin umumnya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. Hanya dengan taqwalah bekal yang untuk menghadap-Nya nanti. Fainna khairaz zadit taqwa. Jangan ragukan janji Allah, bahwa ia hanya melihat seseorang dari ketaqwaannya bukan dari sisi lainnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Dalam khutbah kali ini saya hendak mengisahkan sebuah cerita diskusi antara Imam Al-Ghozali dengan muridnya. Ada enam pertanyaan yang dilontarkan beliau kepada para muridnya, dan kesemuanya sangat bagus untuk kita simak niali-nilai yang terkandung di dalamnya. Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya. Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka Ali Imran 185 Kematian adalah sesuatu yang tiada seorang pun tahu kapan ia akan datang. Karena itu manusia harus selalu bersiap diri menghadapinya. Terkadang ia jauh terasa, padahal ia dekat dalam kenyataannya. Janganlah kita lengah dalam memahami hal ini, jangan sekali-kali merasa diri jauh dari mati, karena itu membuat kita besar hati. Justru kerahasiaannya harus kita maknai bahwa mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya peringatan dari-Nya. Inilah yang hendak disampaikan oleh Al-Ghazali kepada murid-muridnya. Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.... "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Ini tepat dengan sebuah hadits yang menganjurkan bahwa kehidupan kita hari ini harus jauh lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika difikir lebih dalam, maka yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang untuk kedua kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak bisa merevisinya lagi. Paling banter kita hanya bisa bertobat dan berharap pengampunan. Sebagian pepatah bilang waktu adalah sesuatu yang paling berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang sudah berlalu tak mungkin hadir kembali. Jama’ah Jum’ah yang berbahagia Mati dan waktu adalah dua rahasia yang ada di genggaman-Nya. Kita sebagai hamba hanya bisa berharap dan berdo’a semoga Allah swt memberikan anugrah kepada kita agar mampu memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. QS. 7179 Al A'Raf 179. Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu... pengendalian nafsu adalah kunci dalam hidup ini. Itulah pesan tersembunyi dari al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal paling besar, hal yang paling menentukan.... Kemudian al-Ghazali meneruskan pada Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Murid-murid Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, QS. 3372 Al Ahzab 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya. Jama’ah yang dimuliakan Allah Pertanyaan Imam al-Ghazali yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"... Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat. Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia. Dan sholat adalah kewajiban terpenting di dunia ini. Namun anenya, meski demikian sholat adalah hal termudah yang sering dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali mlewatinya. Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"... Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Ingatlah sebuah hadits yang menerangkan المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan tangannya. Khirnya, di penghujung khotbah ini saya mengajak diri saya dan jama’ah sekalian bila ada waktu sering-seringlah merenung bahwa mati akan segera menjemput kita, insyaallah diri kita akan termotifasi untuk mengendalikan nafsu, menjalankan sholat, menjaga lidah dan memegang amanah. بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
AdalahImam Al Ghozali, memberikan kita pelajaran melalui pemahamannya yang dalam. Pada suatu hari, dalam majelis ilmu yang dihadiri oleh banyak muridnya, Imam Al Ghozali bertanya enam pertanyaan. Pertama, beliau bertanya, apakah yang "paling dekat" dengan diri kita? Para murid saling bergatian menjawab, saudara, orang tua, pakaian, dan sebagainya.
Jakarta - Imam Al Ghazali adalah ulama besar dalam sejarah Islam yang hafal banyak hadis Nabi. Saat bersama murid-muridnya, ia melontarkan sejumlah pertanyaan kepada mereka untuk bisa diambil pesan dalam buku Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, karangan Ghofur Al-Lathif. Suatu ketika Al Ghazali bertanya, "Apa yang paling berat di dunia?". Para santri menjawab, "Baja" "Besi" "Gajah". Kemudian ia menanggapi, "Semua itu benar, tetapi yang paling berat adalah memegang amanah". Perkataan Imam Ghazali merujuk pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙArab Latin Innā 'aradnal-amānata 'alas-samāwāti wal-arḍi wal-jibāli fa abaina ay yaḥmilnahā wa asyfaqna min-hā wa hamalahal-insān, innahụ kāna ẓalụman Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi mereka semua enggan untuk memikul amanat tersebut, sebab mereka khawatir tidak akan mampu melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia manusia sangat zalim lagi sangat SWT juga meminta kepada tumbuhan, binatang, dan malaikat untuk menjadi khalifah di dunia. Namun mereka enggan, dan manusia lah yang menyanggupi permintaan tersebut. Sehingga dari mereka banyak yang masuk neraka karena gagal memegang hari Imam Al Ghazali bertanya lagi kepada murid-muridnya. Ia bertanya "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab, "Kapas, angin, debu dan daun-daun".Imam Al Ghazali menanggapi, "Semua jawaban itu benar, namun yang paling ringan sekali di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Karena pekerjaan dan urusan dunia, kita mudah meninggalkan sholat."Imam Ghazali kemudian mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabdaوَعَنْ جَابِرٍ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ .Artinya Dari Jabir RA, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan sholat." HR. Muslim.Kepada murid-muridnya Imam Al Ghazali bertanya lagi, "Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?"."Pedang," jawab Imam Al Gazali menjelaskan, " Jawaban Itu benar, tetapi di dunia ini yang paling tajam sekali adalah lidah manusia. Sebab melalui lidah, manusia bisa mudah menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri".Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadis no. 6474 dari Sahl bin Sa'id bahwa Rasulullah يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَArtinya "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggut dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga".Hadis tersebut bermaksud bahwa apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sementara yang berada antara kakinya yakni kemaluan. Sehingga manusia dianjurkan untuk menjaga Video "Persiapan di Arafah Jelang Puncak Haji 2023" [GambasVideo 20detik] erd/erd
Tepatnyaenam pertanyaan imam Al Ghazali kepada para muridnya tentunya memiliki nilai kandungan yang bagus untuk diambil hikmahnya. Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya. Pertanyaan pertama Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"
As-Syech abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali atau lebih dikenal dengan sebutan Iman Al-Ghozali seorang tokoh besar dalam sejarah Islam, Beliau adalah pengarang kitab Ihya’Ulumudin. Suatu hari Beliau mengajukan Enam pertanyaan pada saat berkumpul dengan murid-muridnya. Pertanyaan Pertama Imam Ghazali “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini“? murid-muridnya ada yang menjawab “Orang tua” “Guru” “Teman” “Kaum kerabat” Imam Ghazali “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.” كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayaka Ali Imran 185 Allah SWT berfirman وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ Allah menghidupkan dan mematikan QS Ali Imran [3] 156. Allah SWT berfirman وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya QS Ali Imran [3] 145. مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya QS al-Hijr [15] 5; al-Mu’minun [23] 43 Allah SWT menegaskan قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya tetp akan menemui kalian.” QS al-Jumu’ah [62] 8. Allah SWT juga menegaskan أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh QS an-Nisa’[4] 78. Pertanyaan Kedua Imam Ghazali “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?” murid-muridnya yang menjawab “Bulan” “Matahari” “Bintang-bintang” Iman Ghazali “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimana pun kita, apa pun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”. “Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.” HR. Bukhari Pertanyaan Ketiga Iman Ghazali “Apa yang paling besar di dunia ini?” murid-muridnya yang menjawab “Gunung” “Matahari” “Bumi” Imam Ghazali “Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU. Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.” وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. A’Raf 179. أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?” QS. Al-Jaathiya 23 أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya ? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat jalannya.” QS. Al-Furqaan 43-44 وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat kami kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan dengan ayat-ayat itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim.” QS. Al-A’raaf 175-176 Pertanyaan Keempat IMAM GHAZALI “Apa yang paling berat di dunia?” murid-muridnya menjawab “Baja” “Besi” “Gajah” Imam Ghazali “Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH. إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, Ahzab 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.” Pertanyaan Kelima Imam Ghazali “Apa yang paling ringan di dunia ini?” murid-muridnya ada yang menjawab “Kapas” “Angin” “Debu” “Daun-daun” Imam Ghazali “Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan shalat “ padahal Rasulullah menegaskan dalam sabda beliau “Perbedaan antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir. Pertanyaan Keenam Imam Ghazali “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “ Murid- Murid dengan serentak menjawab “Pedang” Imam Ghazali “Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. ”Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. “Artinya Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda. “Artinya Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan. Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. “Artinya Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”. wallohu a’lam bisshowab.PadaSuatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghazali mengajukan 6 pertanyaan. Pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Tidak bisa dipungkiri bahwa Imam Al-Ghazali adalah ulama yang mempunyai popularitas dan keilmuan yang begitu tinggi. Hal ini dikarenakan kegigihannya dalam menuntut ilmu dan juga berkarya. Sejak usia masih belia, yaitu sekitar belum genap berumur 12 tahun. Imam Al-Ghazali sudah mulai mengenal dan tertarik untuk belajar ilmu fikih, hadis, tafsir, bahasa Arab, tasawuf dan ilmu-ilmu rasional seperti filsafat, kalam dan keilmuannya yang mendalam dan dimulai sejak usia belia, telah membuatnya melek ilmu dengan cepat dan tumbuh dewasa sebagai ilmuwan sejati. Bahkan, sejak kecil beliau tidak pernah menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman-teman satu yang menarik dari Al-Ghazali remaja adalah beliau sudah mulai gelisah dengan berbagai persoalan pengetahuan yang berkembang pada masanya. Saat remaja, beliau sudah mempertanyakan berbagai premis-premis filosofis dan logis, mengotak-atik gagasan filsafat dan kalam, mencari celah kelemahannya layaknya seorang guru satu pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan rumit yang sudah muncul dalam otaknya saat masih kecil adalah tentang konsep diri, Tuhan dan hukum alam. Beliau selalu bertanya tentang pengertian fitrah, apa hukumnya, bagaimana ia bekerja, apa peran Tuhan di dalamnya, siapa yang layak memiliki fitrah dan juga bertanya bagaimana kita menjelaskan konsep fitrah, terutama dalam konteks agama seseorang. Apakah kita menjadi muslim karena fitrah atau karena faktor lain. Apakah seorang Non-Muslim memeluk agama lain karena mereka terlahir dari orang tua mereka atau ada faktor menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tersebut, Al-Ghazali remaja sudah memikirkan persoalan lain yang tidak kalah rumit, terutama perihal keyakinan dan kebenaran. Salah satu karyanya yang memperlihatkan bahwa Imam Al-Ghazali adalah seorang yang senang bertanya yaitu kitab Mizan Al-A’mal. Sebuah kitab yang ditulis Imam Al-Ghazali ketika belum genap berumur 18 tahun, dan kitab ini juga mengajak pembacanya untuk memahami sebuah konsep dan ide dengan terlebih dahulu di umur yang belum genap 18 tahun, Al-Ghazali yang masih galau karena belum mampu menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, akhirnya memotivasi dirinya untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu rasional seperti filsafat dan bawah bimbingan Abu Nasr Al-Isma’ili, Al-Ghazali muda kembali mampu menghasilkan sebuah karya yang bernama Al-Mankhul Min al-Ta’liqat al-Ushul. Sebuah kitab yang berisi catatan-catatan kecil sebagai komentar atas berbagai isu dan persoalan dalam kalam dan tersebut ternyata juga tidak bisa meredam kegelisahan yang ada dalam dirinya, sehingga petualangan akademiknya akhirnya dibarengi juga dengan spiritualitas. Orang-orang dekat dan guru-guru yang selalu memantaunya, melihat Al-Ghazali sedang bergejolak dan berpotensi menjadi liar. akhirnya menyarankan Al-Ghazali untuk banyak dzikir dan beribadah, yaitu mengolah hati dan jiwa selain mengolah pikiran. Salah satu sufi yang berjasa dan setia dalam membantu perkembangan spiritual Al-Ghazali adalah Yusuf ketika berumur 18 tahun, Al-Ghazali tiba di Naisabur, akan tetapi Naisabur sudah tidak begitu rame karena sudah ditinggalkan oleh para ulamanya seperti Imam Al-Qusyairi yang sudah meninggal dan Al-Harawi yang pindah ke Herat. Sehingga Naisabur sudah tidak begitu menawan, khususnya dalam ilmu sudah tidak begitu rame, Al-Ghazali masih menemukan sosok ulama besar di Naisabur. Beliau adalah Abul Ma’ali Al-Juwaini atau Imam Haramain, ulama besar dalam ilmu-ilmu keislaman, sosial dan politik. Berkat pertemuannya dengan Al-Juwainilah, Al-Ghazali mampu menemukan titik kekuatannya dan arah pemikirannya. Beliau kemudian sadar bahwa kelebihannya terletak pada pemikiran dan adalah salah satu guru yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu seperi ushul fikih, mantiq, fikih, filsafat, logika, kalam dan retorika perdebatan kepada Al-Ghazali. Tidak butuh waktu lama bagi Al-Ghazali untuk menguasai ilmu-ilmu tersebut, sehingga membuat Imam Al-Juwaini sering kaget dan tertegun dengan kecepatan Al-Ghazali dalam menguasai hanya dalam waktu tujuh tahun, Al-Ghazali mampu mengasilkan karya-karya besar seperti Maqashid Al-Falasifah, Fadha’ih Al-Bathiniyyah, Al-Mustasfha. Di mana ketiga karya besar tersebut ditulis ketika beliau berumur sekitar 18 hingga 25 tahun. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana beliau yang masih muda begitu produktif berkarya dengan kualitas yang begitu Imam Al-Juwaini sebagai sang guru merasa tersaingi oleh muridnya tersebut, dan pernah mengatakan kepada Imam Al-Ghazali dengan sedikit nada candaan “Engkau telah menguburku dengan karya-karyamu, tidakkah engkau bersabar sejenak hingga aku mati, baru engkau menuliskan ide-idemu?”.Al-Ghazali adalah teladan bagi generasi muda untuk tidak malas dalam berkarya, termasuk berkarya melalui tulisan. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua penulis atau orang yang berkarya akan meninggal, hanya karyalah yang akan abadi sepanjang Imam Al-Ghazali pernah memberi wasiat dan sudah beliau praktekkan sendiri yaitu “Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Beliau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, akan tetapi beliau menulis sejak usia muda dan melalui karya-karyanyalah beliau menjadi ulama besar, yang pemikiran dan karyanya bisa kita nikmati sampai saat a’lam. .